1)Â Â Â Perubahan sistem reproduksi
a)Â Â Â Uterus
Involusi uterus merupakan suatu porses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot – otot polos uterus (Ambarwati, 2010; h. 73).
Tabel 2.4 Perubahan uterus masa nifas
Involusi uterus
|
TFU
|
Berat uterus
|
Diameter uterus
|
Palpasi cervik
|
Plasenta lahir
|
Setinggi pusat
|
1000 gr
|
12,5 cm
|
Lembut/
Lunak
|
7 hari
|
Pertengahan pusat – shympisis
|
500 gr
|
7,5 cm
|
2 cm
|
14 hari
|
Tidak teraba
|
350 gr
|
5 cm
|
1 cm
|
6 minggu
|
Normal
|
60 gr
|
2,5 cm
|
menyempit
|
(Ambarwati, 2010; h. 76)
b)Â Â Â Lochea
Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama puerperium (Varney, 2007; h.960).
(1)Â Lochea Rubra
Lochea ini muncul pada hari ke 1-4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa – sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo, dan mekonium.
(2)Â Lochea Sanguinolenta.
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai ke 7 post partum.
(3)Â Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 post partum.
(4)Â Lochea Alba
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea ini berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
(Ambarwati, 2010; h.78-79).
c)Â Â Â Vagina
Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae kembali. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ke 6-8 setelah melahirkan. Rugae akan terlihat kembali pada minggu ke 3 atau ke 4. Esterogen setelah melahirkan sangat berperan dalam penebalan mukosa vagina dan pembentukan rugae kembali (Maryunani, 2009; h. 14).
2)Â Â Â Perubahan sistem perkemihan
Pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu keempat pascapartum (Varney, 2007; h. 961).
Kandung kemih dalam puerperium sangat kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urine residual (Ambarwati, 2010; h. 81).
3)Â Â Â Perubahan Gastrointestinal
Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awal karena kurangnya makanan padat selama persalinan dan karena wanita menahan defekasi. Wanita mungkin menahan defekasi karena perineumnya mengalami perlukaan atau karena ia kurang pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak jahitan jika melakukan defekasi (Varney, 2007; h. 961).
4)Â Â Â Perubahan muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan (Ambarwati, 2010; h. 81-82).
5)Â Â Â Perubahan endokrin
a)Â Â Â Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pasca hari ke-3 post partum.
b)Â Â Â Hormon pituitary
Prolaktin darah akan mengikat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusi, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c)Â Â Â Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi per-tama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar esterogen dan progesteron.
d)Â Â Â Kadar esterogen
Seleteh persalinan, terjadi penurunan kadar esterogen yang bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.
(Sulistyawati, 2009; h. 80)
6)   Perubahan tanda – tanda vital
a)Â Â Â Suhu
Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum (Varney, 2007; h. 961).
b)Â Â Â Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum. Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerpurium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi/ hemoragi pascapartum lambat (Varney, 2007; h. 961).
c)Â Â Â Tekanan darah
Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Penurunan takanan darah bisa mengindikasikan adanya hipovolemia yang berkaitan dengan hemorhagi uterus. Peningkatan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia (Maryunani, 2009; h. 26).
d)Â Â Â Pernafasan
Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009; h. 27).